Dalam dua bab terakhir buku Sistem Sosial Indonesia, pengarang memaparkan berbagai konflik dan kemajemukan masyarakat Indonesia yang mengarah pada integrasi bangsa. Perbedaan strata horizontal hingga vertikal meyebabkan kemajemukan indonesia semakin kentara. Bahkan meruju pada konflik yang berbentuk siklus. Perbedaan-perbedaan suku bangsa, agama, regional, dan pelapisan sosial saling jalin-menjalin suatu kebulatanyang kompleks, serta menjadi dasar bagi terjadinya pengelompokan masyarakat Indonesia. Kemudian akan memicu munculnya kelompok semu hingga kelompok kepentingan yang akan mengedepankan kepentingan kelompok atau dirinya dibandingkan dengan kemaslahatan bersama.
Pengarang mendeskripsikan bahwa struktur kepartaian sebagai perwujudan struktur sosial masyarakat Indonesia. Pengelompokan berdasarkan kriteria tertentu dalam masyarakat, menimbulkan perbedaan paham yang sangat signifikan diantara mereka. Berdirinya partai-partai sebagai wujud partisipas politik, membuat pengelompokan semakin beragam sesuai dengan paham politik dan visi yang dimiliki. Mereka berdiri sendiri sebagai perkumpulan yang memiliki visi dan misi sendiri bagi kelompok mereka dan cita-cita sebagai bangsa yang berdaulat. Kemudian ada beberapa partai yang memutuskan untuk berkoalisi dan membentuk partai baru. Hal tersebt berarti menyatukan faham dari beberapa golongan untuk kemudian bersatu membentuk perkumpulan baru dengan partai baru sebagai perwujudannya. Berhasil tidaknya fusi partai-partai politik tersebut, justru akan sangat bergantung pada seberapa jauh perubahan-perubahan sosial-kultural yang mendasari pola kepartaian di Indonesia.
Setiap partai politik memiliki authority tersendiri di sebagian kelompok masyarakat Indonesia. Penggolongan masyarakat berdasarkan kriteria tertentu, membuat partai politik menggalang kekuatan dimana dia diyakini dan diagungkan. Setiap partai politik mendapat banyak dukungan di kelompok sosial mayarkat tertentu. Sedangkan partai politik lainnya hanya akan kuat di daerah authority nya sendiri. Tergantung dari banyaknya populasi kelompok sosial yang dikelompokkan pada suatu kelompok sosial tertentu, maka partai yang terkuat dengan paling banyak massa yang akan memenangkan pemilu. Ini berati bahwa banyak populasi suatu kelompok yang dikelompokkan sangat mempengaruhi kekuatan suatu partai. Karena kemajemukan masyarkat membuat mereka memunculkan pandangan tersendiri tentang partai politik yang dianut.
Kemajemukan telah menyebabkan konflik diantara masyarakat. Akan tetapi, sifat-sifat masyarakat majemuk telah menyebabkan landasan terjadinya integrasi sosial. Yakni kesepakan untuk hidup bersama. Dengan tujuan yang sama, konsensus yang terbentuk membuat masyarakat terintegrasi. Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus diantara sebagian besar anggota masyarakat akan nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental. Namun, suatu masyarakat juga senantiasa terintegrasi oleh karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota berbagai kesatuan sosial. Dengan demikian, setiap konflik yang terjadi diantara suatu kesatuan sosial dengan kesatuan-kesatuan sosial yang lain segera akan ternetralisir oleh adanya loyalitas ganda dari para anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuan soisal.
Konflik yang selalu ewarnai kehidupan sosial, apalagi dengan kemajemukan masyarakat yang ada. Menyebabkan kehidupanmasyarakat tidak pernah luput dari konflik. Terutama konflik ideologis. Lebih mudah disimak dalam perbedaan agama, karena banyaknya agama yang dianut oleh mayarakat Indonesia. Perbedaan agama seringkali bertemu juga dengan perbedaan suku bangsa. Kemudian konflik ideologis juga semakin merasuk dalam perbedaan itu. Sementara di lapisan sosial masyarakat, konflik ideologis juga menjadi hal yang kentara. Kerana pengelompikan staus sosial yang sangat mencolok membuat lapisan-lapisan sosial tersebut semakin terlihat dan memperlihatkan perbedaan. Hukum yang dianggap sebagai suatu penyelesaian, juga terdapat perbedaan pandangan nilai didalamnya antara suatu perkumpulan masyarakat yang menganut nilai konsepsi hukumnya tersendiri. Maka perbedaan nilai-nilai konsepsi hukum antara perbedaan agama, suku bangsa, dan lapisan sosial, tidak dapat bertemu sinergi keadilan yang sesuai.
Konflik-konflik diantara berbagai golongan dalam masyarakat, membuat sulitnya untuk menumbuhkan aturan main. Oleh karena itu, tidak mengherankan pula apabila konflik ideologis tersebut tumbuh berdampingan juga dengan konflik-konflik yang bersifat politis. Kesimpulan para peneliti tentang indonesia sebagai negara paling tidak stabil menjadi bukti betapa kebhinnekaan di dalam masyarakat masih belum berkonsensus pasti. Pancasila sebagai konsensus nasional masih merupakan cita-cita yang harus diperjuangkan. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika masih merupaka suatu cita-cita dan tujuan yang belum sepenuhnya tergapai.
Pengarang menjabarkan kehidupan lamapu bangsa Indonesia yang ternyata berbhinneka semenjak dahulu. Struktur sosial yang terbentuk dari zaman Hindia-Belanda memang mengarahkan masyarakat pada mencoloknya perbedaan dan berbagai pembeda. Perlakuan dibedakan sudah ada sejak dahulu. Bahkan sangat kentara dengan strata sosial sebagai warga biasa dan regional suku tertentu. Namun semakin mengarah pada pergerakan masional dan kemerdekaan, masyarakat mulai terintegrasi diatas oerbedaan. Munculnya konsensus nasional membuat masyarakat tumbuh berintegrasi. Kekuatan dan pertahanan yang dibendung adalah wujud dari konsensus nasional yang disepakati bersama oleh masyarakat.
Dalam dua bab terakhir buku ini, pengarang semakin membawa pembaca menelusuri kemajemukan di Indonesia bahkan sejak zaman sebelum merdeka. Menyegarkan pikiran pembaca tentang sejarah yang pernah menghinggapi kepala pembaca sebagai sebuah cerita atau hal yang dipelajari. Membuat pembaca menerka dan mengembangkan imajiansi pikirannya tentang hungungan diantaranya. Pengarang juga menyajikan penjelasan yang sangat detail dengan adanya bagan yang disertakan sebagai penjelasan. Begitupun dengan konsep yang dialirkan pngarang bahwa pkasaan bukan lah kunci utama untuk menuju pada integrasi nasional. Penulis setuju dengan hal tersebut. Karena kekuatan bangsa Indonesia memang terdapat apda kemajemukannya. Dan masyarakat harus bisa menyatukan tujuan diatas kemajemukan tersebut.