Tuesday, June 5, 2012

Review Buku Sistem Sosial Indonesia Bab 1-3 (Dr. Nasikun)

Buku yang akan penulis review adalah buku karangan Dr. Nasikun yang berjudul “Sistem Sosial Indonesia”. Yakni bab 1 hingga bab 3 atau halaman 1 hingga halaman 50. Buku tipis yang memuat banyak gagasan perihal sistem sosial indonesia. 

Pengarang berusaha memaparkan sistem sosial indonesia sebagai perwujudan dari ada atau tidaknya integrasi masyarakat. Masyarakat yang dapat terstratifikasi dalam berbagai kategori menurut pengklasifikasiannya masing-masing, mendapati status dan keadaan sosial yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dan keadaan tersebut akan memunculkan adanya kaum yang mendominasi keadaan dan juga mendominasi kaum lainnya. Untuk kemudian memicu mereka mempunyai kepentingan-kepentingan tersendiri yang akan membedakannya dengan masyarakat lainnya. Yang demikian itu, tentu akan menimbulkan konflik dalam masyarakat. Konflik internal yang terjadi menyebabkan ternodainya semangat gotong royong yang dimuliakan selama ini. Meragukan bahwa semboyan Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan atau gambaran tentang keadaan masyarakat Indonesia. Lebih dari itu, masih merupakan cita-cita yang harus diperjuangkan.
    
Pembicaraan masalah integrasi dalam analisa pengarang adalah masalah yang klasik sejak awal sejarah pertumbuhan teori-teori sosiologi. Dan pertanyaan tentang integrasi tersebut telah menimbulkan berbagai aliran pemikiran dari para ahli sosiologi. Untuk kemudian menghasilkan penetapan pendekatan sebelum pembahasan tanpa arah terjadi. Dua pendekatan kontroversial yang diangkat penulis menerangkan perbedaan yang kontras terhadap masalah klasik tersebut. Pendekatan yang pertama adalah pendekatan fungsioal struktural yang menganggap bahwa masyarakat pada dasarnya terintegrasi atas dasar kata sepakat para anggotanya akan nilai-nilai kemasyarakatan tertentu. Menekankan bahwa norma sosial adalah pembentuk struktur sosial, dilatarbelakangi oleh interaksi sosial yang tumbuh berkembang tidak secara kebetulan. Sedangkan pendekatan kedua adalah pendekatan konflik, yang beranggapan bahwa setiap masyarakat berada dalam proses perubahan yang tidak pernah berakhir. Menekankan bahwa masyarakat mempunyai peran bagi terjadinya disintegrasi dari perubahan-perubahan sosial.
Gagasan umum tentang pembentuk strukural masyarakat membentuk sistem sosial itu sendiri. Bahwa konsensus dan konflik adalah gejala sosial yang melekat dalam kehidupan mayarakat. Konsensus yang dibangun diatas musyawarah atau lainnya, sudah pasti akan menimbulkan konflik yang lebih tinggi untuk menjadi pembanding atau perbedaan pandangan mengenai sesuatu hal. Pendekatan fungsionalisme struktural menganggap bahwa sistem sosial memiliki kecenderungan untuk mencapai stablitas diatas konsensus para anggota masyarakat akan nilai sosial tertentu. Mereka mengabaikan bahwa struktur sosial memiliki konflik dan kontradiksi internal yang senantiasa terjadi dan bahkan dapat menyebabkan perubahan sosial. Pendekatan konflik menutup kelemahan tersebut. Mereka berpendapat bahwa kepentingan masing-masing kelompok berbeda satu sama lain. Dan itu menyebabkan kelompok-kelompok tersebut selalu berada dalam kondisi konflik. Yang dapat dilakukan adalah menjaga agar konflik yang terjadi tidak melahirkan kekerasan. Bentuk pengendalian konflik mulai dari konsoliasi, mediasi, hingga arbitrasi dipandang sebagai pengendalian konflik bertingkat namun mereka juga berdiri sendiri.
Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua ciri unik. Secara horizontal, ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan suku bangsa, agama, dan kedaerahan. Secara vertikal, ditandai oleh adanya perbedaan antara lapisan atas dan lapian bawah yang cukup tajam. Menandai kemajemukan di Indonesia, agaknya terjadi sebelum masyarakat mulai sibuk memperdebatkan sistem sosial. Seperti halnya kemajemukan agama, adat istiadat, yang memang sudah ada sejak zaman dahulu. Masyarakat Indonesia terbagi kedalam sub-sistem yang berdiri sendiri dimana masing-masing sub-sistem terikat kedalam oleh ikatan yang bersifat primodial. Faktor keadaan geografis menjadi penyebab kemajemukan masyarakat Indonesia. Mengingat bentangan luas Indonesia di sepanjang khatulistiwa dengan ribuan pulau dan dikelilingi dua samudera besar yang menjadi lalu lintas perdangan laut kancah internasional. Faktor iklim yang berbeda dan struktur tanah yang tidak sama setiap daerah juga menjadi kemajemukan tersendiri bagi struktur sosial yang dimunculkannya. Mulai dari perbedaan hasil produksi tiap daerah, misalnya jawa dan luar jawa. Lingkungan ekologis tersebut lebih jauh menyebabkan terjadinya perbedaan kontras dalam berbagai bidang. Menyebabkan adanya pemberatan bobot mengenai struktural kependudukan, ekonomi, sosial, dan budaya.

Pulau jawa memiliki dominasi terhadap struktur kemajuan pembangunannya. Menjadi fokus utama pembangunan negara. Karena sentral pemerintahan ada di pulau jawa. Keadaan tersebut memaksa jawa untuk menjadi pusat pertumbuhan dalam berbagai bidang. Infra struktur dan peningkatan kualitas hidup baik dalam bidang pedidikan atau kesehatan terjadi secara kontinuitas dan semakin dinamis. Dan pusat pembangunan menjadi alasan utama pemenuhan penduduk. Hal tersebut juga menyebabkan banyak permasalahan di pulau jawa. Petani tidak menemukan kualitas bertani yang mendatangkan kekayaan karena mayoritas petani jawa adalah petani miskin yang hanya mempunyai lahan kecil. Sementara di luar jawa, keadaannya berbanding terbalik dengan jawa. Struktur sosial yang tercipta juga menimbulkan perbedaan antara masyarakat yang mendiami pulau jawa dan luar jawa. Mayoritas penduduk jawa memang memiliki cara pandang yang lebih baik dan lebih modern dibandingkan dengan penduduk luar jawa. Status kekayaan juga sangat mendominasi perbedaan struktur masyarakat Indonesia.
Pengarang memulai tulisannya dengan bab pendahuluan yang mengantar pembaca kepada materi-meteri utama. Bab tersebut mengindikasikan adanya pengantar materi atau selayang pandang bagi keseluruhan buku ini. Walaupun di dalamnya memuat materi dasar tentang sedikit pemikiran mengenai sistem sosial. Namun, penulis secara tidak langsung membuka pikiran pembaca agar mulai memasuki alur penulisan penulis terhadap buku tersebut. Memancing pembaca dengan suguhan pertanyaan di ujung pemaparan gagasan. Membantu pembaca untuk relaksasi terhadap persiapan materi utama dalam buku.
Akan tetapi, pengarang memiliki kecenderungan untuk mendominasi gagasan alur pikiran yang rumit. Tidak sederhana untuk dipahami. Sistem sosial yang berkembang dinamis dan tidak memiliki acuan pasti seharusnya menyajikan metri yang sederhana dan mudah dipahami. Pemilihan kata tidak begitu diperhatikan sehingga pembaca dibuat berputar-putar dalam kubangan kalimat yang tidak berporos. Bab bab yang disusun memang mengacu untuk memaparkan keadaan struktural indonesia sebagai cikal bakal perwujudan sistem sosial Indonesia. Namun, bab bab yang terdapat dalam buku ini seperti berdiri sendiri-sendiri dan tidak sinergi. Mungkin pengarang mengajak pembaca mengikuti alur analisanya yang sangat luas. Sehingga pengarang tidak begitu memperdulikan korelasi antar bab secara sinergi yang membuat pembaca lebih mudah memahami isi buku secara berkala. Dan pembaca akan lebih mudah masuk dalam alur pemikiran pengarang sesuai dengan imajinasi mereka. Terlepas dari semua itu, buku ini adalah buku tipis yang kaya akan gagasan mengenai pemaparan sistem sosial Indonesia. 

0 comments:

Post a Comment

Template by:

Free Blog Templates